Cari Blog Ini

Jumat, 09 Juli 2010

PEMBELAJARAN BERBASIS STUDENT CENTERED LEARNING (SCL)

Pola Pembelajaran di Berbagai Perguruan Tinggi Terpaksa Banting Setir

Perkembangan teknologi dan informasi telah membuat pola pembelajaran segenap dunia kependidikan banting stir. Pada dulunya proses pembelajaran masih bersifat Teacher Centered Learning (TCL) yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru/dosen yang pada hasilnya siswa hanya dapat mengintimidasi apa yang ada pada guru- guru/dosen-dosen mereka. Akan tetapi sekarang ini sifat pendidikan dan atau sifat pembelajaran di segenap dunia kependidikan berubah menjadi Student Centered Learning (SCL) yaitu pendidikan atau pembelajaran yang berpusat pada siswa yakni siswa diharapkan mampu mengembangkan pembelajaran dengan sendiri dengan bantuan tehnologi dan informasi “internet”, sementara guru hanya akan memberikan bimbingan dan arahan-nya. Disamping itu penerapan pembelajaran seperti ini, SCT-TI memberikan jaminan akan mutu kelulusan atau out-put yang lebih berdaya-guna dan lebih kompotitif.

Pembelajaran SCT berbasiskan TI ini, kata Tjok. Istri Sri Ramaswati, rektor UNMAS DENPASAR merupakan sebuah keharusan agar lulusan akademika mampu berkompetensi di era global. Lebih lanjut Prof. Dr. Harsono, Sp.p(K), Ketua Pusat Pengembangan Pendidikan UGM juga membenarkan bahwa system SCL-TI tersebut akan memberikan pembelajaran yang aktif, interaktif dan mandiri. Disamping itu pola pembelajaran SCL-TI juga sarat dengan pembelejaran kolaboratif dan kooperatif serta kontekstual.

Didalam menunjang pola SCL-TI tersebut penyelenggara pendidikan setidaknya harus menyediakan sarana dan prasarana layanan informasi, “warnet” yang cukup membantu proses pembelajaran SCL-TI tersebut.

Sebagai contoh didalam mengimplementasikan SCL-TI tersebut, Unmas Denpasar, sebuah universitas swasta di Bali telah menjadikan ‘IT & Teaching Media’ sebagai sebuah matakuliah wajib yang dimana mahasiswa harus menempuh atau mendapatkan mata kuliah tersebut. Dismping itu interaksi pembelajaran antara dosen dengan mahasiswa jaga sudah sedang dilakukan melalui jaringan internet yang meskipun masih dalam korps yang sederhana seperti didalam hal-hal pengiriman tugas-tugas melalui e-mail.

Dampak Student Centered Learning (SCL) Berbasis Teknologi Informasi (TI) Terhadap Mental Mahasiswa

Tak bisa dipungkiri memang kapasitas TI bagi SCL sangatlah penting dimana akan memberikan ruang gerak mahasiswa didalam mengembangkan ide-ide kreatif mereka. Akan tetapi apabila dicermati dan diteliti lebih jauh sesuai dengan kenyataan yang sudah sedang terjadi sekarang ini maka akan dijumpai satu hal yaitu “copy-paste”. Mahasiswa sekarang ini, didalam membuat tugas – tugas, dengan memenfaatkan TI atau internet sebagai sarana untuk mendapatkan infomasi telah bisa mengelabui guru-guru ataupun dosen-dosen yakni dengan teori “copy – paste” artikel–artikel yang didapatkan melalui pencarian di situs – situs internet tersebut.

Pada hakekatnya TI atau internet adalah salah satu media pembatu proses pembelajaran yang dimana mahasiswa dapat dengan mudah mendapatkan informasi – informasi melalui situs – situs internet tersebut sebagai referensi. Namun karena kurangnya rasa tanggung jawab mahasiswa akan etika keilmuan, “copy – paste” menjadi membudaya di kalangan sebagian besar mahasiswa.

Teori “copy – paste” sudah menjadi budaya bagi sebagian besar mahasiswa di berbagai Universitas. Budaya “copy – paste” ini kalau dibiarkan maka akan merusak out-put Universitas itu sendiri. Terlebih lagi budaya “copy – paste” dapat merusak mental mahasiswa. Mahasiswa menjadi acuh tak acuh akan etika keilmuan yakni tanggung jawab, kritis, kreatif serta inovatif. Artinya adalah mahasiswa menjadi tidak kritis, tidak kreatif dan tidak inovatif.

Apabila ditinjauh lebih jauh dan lebih komprehensif, ketidakpedulian mahasiswa akan etika keilmuan tersebut akan menjadikan mahasiswa itu tidak memiliki rasa tanggungjawab (irresponsible student) yang kemudian akan berdampak pada ketidakpercayadirian kerhadap keilmuan yang dimiliki oleh mahasiswa itu sendiri.

Membudayanya teori “copy – paste” tersebut pasti ada hal – hal yang menjadi penyebabnya. Strategi yang paling relevan untuk mengatasi suatu masalah adalah menginvestigasi penyebabnya kemudian membuat solusi sebagai pemecahan masalah tersebut.

Penyebab Membudayanya Teori “Copy – Paste” di Kalangan Mahasiswa

Teori “copy – paste” ini membudaya karena; (1) tidak adanya rasa menjunjung tinggi etika keilmuan, (2) penyalahgunaan rasa penghargaan, (3) kurangnya penerapan disiplin evaluasi oleh para penyelenggara itu sendiri.

1. Tidak adanya rasa menjunjung tinggi etika keilmuan.

Sekarang ini etika keilmuan berkesan hanya dijunjung tinggi oleh para pelajar program pasca sarjana saja. Sementara etika keilmuan bagi pelajar program sarjana berkesan tidak berlaku karena teori “copy – paste” sudah membudaya di sebagian besar mahasiswa di kalangan berbagai universitas.

2. Penyalahgunaan rasa penghargaan.

Penyalahgunaan rasa penghargaan yang dimaksud disini adalah dimana guru / dosen masih memberikan nilai penghargaan akan hasil karya “copy – paste”-nya mahasiswa. Kesempatan ini memberikan peluang teori “copy – paste” membudaya di kalangan sebagian besar mahasiswa.

3. Kurangnya penerapan disiplin evaluasi.

Yang dimaksud dengan kurangnya penerapan disiplin evaluasi disini adalah kurangnya penegasan atau semacam punishment terhadap karya – karya “copy – paste”-nya mahasiswa. Kelalaian guru / dosen dalam mengevaliasi hasil karya – karya tulis mahasiswa seperti makalah dan sebagainya juga merupakan bagian daripada kurangnya penarapan disiplin evaluasi.

Solusi Penanggulangan Budaya copy – paste

Adapun salah satu cara atau langkah untuk menghilangkan atau paling tidak meminimalisir “budaya copy – paste” tersebut adalah memingkatkan disiplin evaluasi dengan penuh komitmen yang tinggi. Upaya untuk menunjang hal ini adalah melalui reinforcement dan reward yang objektif.dan realebel. Reinforcement dan reward adalah dua hal yang dianggap paling efektif dan relevan sebagai punishment dalam hal teori pembelajaran.
Akan tetapi sebagai solusi penanggulangan “budaya copy – paste” tersebut sebagian dosen di FE Universitas Udayana menerapkan metode tulis tangan untuk tugas – tugas seperti makalah ataupun tugas – tugas meringkas. Cara semacam ini tidak akan memberikan jaminan akan tidak adanya “copy – paste”, akan tetapi justru akan mempersulit proses pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar